Bertemu jam 12 siang di perpustakaan.
Dia memakai baju hijau celana jeans, sepatu kets coklat, tas seperti biasa, dan
membawa satu green bag carrefour yang di dalamnya ternyata adalah baju yang
baru diambil dari londri.
Karena sedang hujan, jadwal makan
siang kami harus diundur sampai hujannya berhenti. Kami ke lantai 3 di tempat
kami seperti biasa. Dimana orang jarang lewat, orang jarang duduk.
Menerjemahkan tugas saya ke dalam
bahasa Inggris di bantu oleh dia sambil menunggu hujan reda. Mungkin satu jam
kami menunggu, akhirnya kami putuskan untuk pergi saja, karena sudah lapar.
Hujan belum berhenti benar tapi perut sudah tak tahan minta diisi. Menerjang
gerimis, dan akhirnya menerjang hujan. Hujan yang benar-benar lebat. Sampai aku
tidak berani menatap wajahmu yang kecewa karena marah kepada hujan. Sampai di
tujuan, saya hanya bisa diam. Diam-diam mengutuk hujan karena sudah membuatmu
basah kuyup. Kau terlihat seksi sekaligus mengenaskan. Untungnya kau membawa
greenbag yang di dalamnya ada baju wangi. Kau mengganti baju di kamar mandi dan
keluar dengan rapi. Wanginya bikin aku horni.
Memesan ini memesan itu kemudian
makan. Selesai makan tepat juga selesai hujan. Kita berdua hanya tertawa karena
ketidaksabaran kami. Mungkin kalau kita bisa menunggu sebentar lagi.
Apakah kau tau ketika menulis ini aku
merasa sangat merindukanmu. Ini pagi dimana semua orang dewasa merasakan biru.
Merasakan rindu. Siapa yang kau rindukan pagi ini, Japanesse? Australian?
Adakah aku dalam lamunan birumu? Jangan ditanya apakah ada kamu di lamunan
biruku? Tak ada yang lain.
Mungkin sekitar 3 jam kita disitu.
Menciptakan puisi dan lamunan. Pura-pura serius padahal bosan. Kita pergi ke tempat
lainnya, kemudian ke tempat lainnya lagi, ke tempat lainnya lagi, lainnya lagi,
lain, lain, dan sampai ke Loving hut. Menuju Loving Hut kita kehujanan lagi,
bahkan ini lebih deras dari pada sebelumnya. Makan ini makan itu pesan ini
pesan itu. Baju kita berdua sama-sama basah. Katamu kamu ingin menggantinya
lagi tapi di depanku, bukan, tepatnya di depan orang banyak. Tidak, kamu tidak
boleh melakukan itu. Mungkin jika cuma aku yang ada disitu, kamu boleh
melakukannya, bahkan aku yang akan melakukannya. Tapi di depan semua orang, aku
tidak akan pernah rela. Bukan malu tapi cemburu.
Setelah berganti pakaian. Kau
menawarkan aku untuk berganti pakaian juga. Memakai pakaianmu. Tapi aku tolak
walaupun aku ingin sekali.
Melihat anak kecil berlari-lari di
dalam restoran membuatku ingin punya satu seperti itu. Putih cantik matanya
sepertimu. Bisakah kau buatkan untukku. Salah. Bukan kau. Tapi kita.
Hujan sudah reda. Dingin tak berjeda.
Kita pulang walaupun tidak bergandengan. Aku di belakangmu berharap kau bilang
“peluk aku”. Si anak yang berlari-lari tadi menghampiri kita, sambil senyum
ingin diberi cinta. Aku bertanya siapa namanya, dia bilang Jeni. Dadah Jeni,
doakan aku semoga kami saling mencintai. Kalau bukan sekarang tidak apa-apa di
lain hari.
Di jalan angin makin kencang. Bajuku
basah bikin ingin rebah. Kau bertanya apakah aku masih hidup, aku bilang aku
hampir mati. Kau hanya tertawa entah karena arti kata yang aku katakan atau
kata itu benar-benar lucu menurutmu. Kenapa kau tak menawarkan punggungmu.
Bahkan ada tas sialanmu itu disitu.
Kau bilang aku harus mandi jika sudah
sampai, lalu memakai baju yang kering. Karena jika tidak besok aku bisa flu
berat. Apakah kau tau lebih baik flu berat dari pada rindu berat. Karena besok
sampai hari minggu kau tidak ada di sisiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar